Category Archives: cerita biasa

Ini Dia Pria Inggris, Guru Gamelan yang Fasih Berbahasa Jawa Itu

Minggu lalu, sebuah gelaran bertema Indonesia Regal Heritage digelar di salah satu kampus Oxford yang terkenal itu. Atas undangan ketua penyelenggara dari Gapura Ltd, Ibu Beth dan undangan dari President PPI Oxford, Sandoko Kosen merapatlah saya ke TKP di hari Jumat.

Worcester-Oxford ditempuh 1,5 jam dalam cuaca yang cukup bersahabat. Tiba di TKP kami langsung memasuki  ruang MBI Al Jaber Auditorium, Corpus Christi College, Oxford.

Acara demi acara berlangsung cepat, dimulai Pembukaan oleh Ketua Penyelenggara Acara, Ibu Beth lalu disambung Transforming Indonesian Craftsmanship from Traditional to Contemporary by Benny Adrianto. Dilanjut Translating Indonesian Fashion and Heritage into Modern Fashion by Ghea Panggabean. Kemudian The Art of Indonesian Flavor by Petty Elliott dan ditutup The Exotic Sound of Saluang by Otti Jamalus sebelum akhirnya kami nikmati makan siang.

Acara makan siang, kami menempati dinning hall yang ada di campus tersebut. Tau dong, dinning hallnya Campus Oxford seperti apa? Yap, seperti dinning hallnya di film Harry Potter.

Dinning Hall kampus oxford

Untuk mengetahui segala sesuatu tentang Oxford yang telah saya lipu bisa diintip di serba-serbi Oxford berikut ini.

Usai makan siang, kami kembali ke ruang MBI Al Jaber Auditorium. Hmm,  ada satu tanya tentang nama ruangan ini karena cukup menarik bagi saya. Nanti saya cari tahu deh. Kembali kami duduk manis dan menyimak presentasi dari Pa Sonny Tjahya dari Rumah Pesona Kain Ike Bakrie tentang kain ikat Geringsing.

Disela itu, mata saya menemukan sesuatu yang menarik di pojokan ruang. Sesosok bule, berpakain jawa, berblangkon, duduk bersila di depan perangkat gamelan. Eh, itu Pak Parto kah? Bisik-bisik.. ternyata betul. Beliau adalah guru gamelan yang sudah berkecimpung dengan gamelan lebih dari 20 tahun lamanya.

Beberapa waktu lalu, saya cuman bisa lihat liputannya di video BBC Indonesia yang durasinya sangat pendek namun viral itu. Setelah makin viral, saya pernah tonton lagi wawancara beliau bersama Mba Endang dan Mas Susilo di laman Facebook live. Betapa orangnya asik diajak ngobrol.

Acara berlanjut presentasi Era Soekamto dari Iwan Tirta Private Collection yang diakhiri pagelaran busana yang “wah” banget. Lebih “wah” lagi karena iringan musiknya bukan iringan musik modern, bukan dari CD pula. Melainkan live gamelan.  Dimana Happy Salma ikut berlenggak-lenggok bersama peragawati lainnya.

Di acara puncak, kami terpukau penampilan sendra tari Matah Ati  kreasi seniman besar ibu Atilah Soeryadjaya. Sendra tari lebih hidup dan berjiwa tak lepas dari iringan live gamelan dari tangan Pak Peter n crew tentunya. Pertunjukan haru seru ditutup aplaus yang sangat meriah luar biasa.

Usai pertunjukkan, saya hampiri Pak Pete untuk sekadar obrol-obrol sebentar. Beliau menyambut ramah ajakan saya dengan bahasa jawanya yang sangat kental, waduh… kamus mana kamusss….. (bukan kamus inggris, kamu jawa) 😀
Kurang lebih beliau bilang, bentar ya, saya ganti baju dulu. Anda dari mana? namanya siapa dan bla bla bla dalam bahasa jawa (terjemahan ngira-ngira) 😀

Saya jawab, ngak usah ganti baju dulu pa, biar keliatan jawanya, hehehe..
Lagi-lagi beliau menimpali guyonan dengan bahasa jawa (kamus…. ) 😛

Singkat kata, setelah Pak Pete terhenti-henti karena sapa-sapa dengan yang lain akhirnya kami bisa duduk manis di depan pelataran gedung pertunjukkan.
Ah, hangattt…. tumben-tumbenan hari itu matahari bersinar terang. Alhamdulillah.

Disela obrol-obrol kerap kali Pa Pete menjawabnya dalam bahasa jawa, meski saya tak paham tapi saya menikmatinya 😀
Jadi serasa ngobol sama mbah-mbah di Solo 😀
Pendek kata, Pa Pete ini orangnya nyenengin, asik diajak ngobrol ngaler ngidul 🙂
Asli, Pa Pete ini ramah banget orangnya.

Usai wawancara obrolan berlanjut santai. Dan ternyata permisah.. rumah bapaknya Pak Pete gak jauh dari kampung saya. Saya di Worcester bapane Pa Pete di Hereford. Yo wis pa, klo sampeyan sowan ke rumah bapane mampir wuster ngih pa? 😉

Bule yang cinta indonesia

Dan liputan saya itupun tayang di NET TV program berita NET12 kemarin. Berikut ini youtubenya. Eh, maap ya.. mimin IT NET typo, mustinya Peter Smith 😉

Nah, kalau yang ini, versi uncut-nya.

Karena Allah Memampukan Orang Yang Terpanggil

Setiap kali ada teman dan kerabat pergi ke tanah suci, setiap kali itu pula rinduku menuju rumah Allah membuncah. Kapan giliranku?

Setiap kali kudengar kalimat Talbiyah, setiap kali itu pula hatiku bergetar. Kapan giliranku.

Setiap kali musim haji tiba, setiap kali pula hatiku berbisik. Kapan aku bisa merasakan duduk bersimpuh memohon doa dan segala pinta pada Robbiku Yang Maha Agung di Padang Arafah.

Hasrat yang amat sangat itu, rindu yang membuncah itu, keinginan yang tak tertahankan itu kusimpan dalam hati dan kusampaikan pada Robbiku di ujung sholat, diselip doa.

“Rabb, ijinkan aku menapaki tanah harammu. Ijinkan aku melaksanakan rukun islam yang kelima. Jikapun jalan itu masih jauh, umrohpun tak apa YA Rabb. Ijinkan aku pergi bersama keluargaku ke sana. Ke rumahMU Ya Allah. Tapi Rabb, untuk saat ini, aku hanya punya niat, hanya punya keinginan, hanya mimpi, harapan dan cita-cita. Meski rasanya tak mungkin, tapi aku yakin Ya Rabb. Engkau Maha Pemberi. Maha Kaya. Maha Kasih. Maha Penyayang dan ke-Maha-an lainnya ada padaMU. Maka dari itu Ya Rabb, aku yakin benar suatu saat masa itu bakal sampai. Meski entah kapan dan bagaimana cara dan jalannya.”

Waktu itu, aku tak tahu jika pintu itu KAU bukakan. KAU pertemukan aku dengan seseorang, dua orang, tiga orang, dengan hoby baru, melalui sebuah media. Aku menjalaninya dengan suka hati. Kupikir, KAU beri aku kegiatan baru ini hanya sebagai pengisi waktu luang semata. Tapi rupanya KAU punya rencana lain. KAU buka jalan atas segala doa, mimpi dan harapanku.

Satu per satu hobiku berbuah manis. Tak hanya pengalaman, ilmu, pertemanan, networking, silaturahim tapi juga rupiah. 1-2, 3-4, 5-6 semuanya kukumpulkan perlahan. Dan angka-angka itu kian bertambah. Alhamdulillah.

Tak harus menunggu lama (menurut hitunganku). Tak terlalu bersusah payah pula (menurutku) penjemput rezeki itu. Jika semisal harus pergi jam 4 subuh ke London demi mencari bahan liputan itu bukan sebuah perjuangan besar buatku. Karena menurutku itu adalah rangkaian ibadah. Sebuah proses. Begitupun ketika lelah tetapi harus tetap senyum manis di depan kamera, tetap kujalani. Karena aku yakin di sana ada berkah.

1-2, 3-4, 5-6, 7-8 … seterusnya. Kupikir, ini hanya cukup untukku. Tapi KAU beri lebih. 30-40-50 dan seterusya. Ternyata KAU beri kesempatan padaku mengajak lelaki yang membesarkanku, bapak.

Ia yang dulu sering memboncengku dengan motor vespanya. Ia yang dulu sering mengajakku meliput dan memoto kegiatan kantornya. Kadang kupikir, apa yang kulakukan ini, nyaris 11-12 seperti yang dilakukannya dulu. Senang jalan, senang moto, suka meliput, suka silaturahim, suka belajar sesuatu yang baru. Hanya beda waktu, beda media, beda kepentingan. Jika mediaku NET_CJ maka bapakku sebagai HUMAS PEMDA Bandung aka kantornya Kang Emil lebih ke kegiatan Pemerintahan Kota Bandung dengan koran lokalnya.

Anyway, apapun itu, terima kasih Ya Rabb, telah KAU perkenankan aku melakukan perjalanan ini dengan lelaki yang dulu sering memboncengku dengan motor vespanya, insyaAllah.

Terima kasih Ya Rabb telah KAU tebalkan imanku. Semoga nanti, dengan ijinMU dengan kehendakMU, dengan RidhoMU, rukun islam ke-5 bisa kutunaikan bersama keluargaku. Aamiin Ya Rabbalalamin.

Karena “ENGKAU memampukan orang yang terpanggil”

Kisah inspiratif umroh

“Allah Tidak Memanggil Orang Mampu, Tetapi Allah Memampukan Orang Yang Terpanggil”

Hatur nuhun MAZQ, semoga perjalanan kita dimudahkanNYA. Aammin YRA.

Makasih NETMEDIATAMA, Anda adalah media penyambung jalanku ke Tanah Haram.

Sertakan doa dalam setiap harap dan keinginan kita. Karena Allah Maha Mendengar, Maha Pemberi, Maha Kaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan ke-MAHA-an lainnya. 

Sekuntum Mawar Merah

Seserius-seriusnya orang teknik, pastilah ngalamin bin ngejamanin sok romantis-romantisan, huhuyyy..
Biarpun gak seperti Pak Habibie yang pandai mengungkapkan keromantisannya kepada Ibu Ainun, setidaknya, bapaknya anak-anak pernah memberikan sekuntum mawar merah yang kau berikan kepadakuuu… sambil joget ala Ummi Elvie wkwkwk..   eeaaaa….

Tapi itu dulu… duluuuuu… banget. Waktu jaman PDKT.
“Eh, apa nih?” tanya saya waktu itu tersipu. Eaaaa…. 😀
“Dapat dari mana nih?”
Pertanyaan yang aneh. Maksudnya, apakah dapat nyolong dari tetangga, apa metik dari rumah. Atau…

Doi bilang, beli dong ah.
Tumben, mau ngemodal, wkwkwkwk..
Secara, masih mahasiswa, belum punya pendapatan gitu.
Ya, namanya juga lagi PDKT 😀

Tuh, ya, kadang, buat melelehkan hati cewek tuh gak perlu modal gede 😀
Modal setangkai mawar, berapa sih paling? 😉
Tapi, mungkin itu hanya berlaku bagi beberapa perempuan aja kali ya?
Seperti saya, pada jaman dulu. Entah jaman sekarang. Dunia telah banyak berubah 😀
Atau, mungkin, karena kami memang ditakdirkan olehNYA untuk berjodoh.

Balik lagi ke soal setangkai mawar merah tadi.
“Dapat beli dari mana?”
Ternyata doi menjawab seperti apa yang telah saya duga. Di sepanjang Jalan Wastukencana itu banyak buanget toko bunga berjejer. Jadi, bisa dibilang, sejak dulu, kawasan itu merupakan salah satu ikon Kota Bandung. Namanya juga Kota Kembang.

Entah pulang ngampus yang searah menuju rumah saya, entah sengaja doi beli bunga itu, yang jelas, sekali-kalinya ia membelikan saya sekuntum bunga mawar itu melekat kuat dalam ingat, hingga saat ini. Eaaa….
(yang mulai enek baca postingan ini, segera tinggalkan 😀 )

Nah, ngomongin soal Jalan Wastukencana yang terkenal akan pusat bunga di Bandung, ternyata teman SMP saya menjadi salah satu pelaku bisnis yang sukses di bidang ini. Konon katanya bisnis ini dilakukan turun-temurun. Wah, jangan-jangan, sekuntum mawar yang pernah diberikan si doi itu dari mertuanya dia 😀

Ketika terlintas mendadak dangdut mengadakan GA ini saya tembaklah ia buat menyeponsorinya. Dan doi langsung bilang okey. Thanks, ya, friend. Deuh, masih aja kebayang nih bocah jaman SMPnya, hehehe…

Pendek kata, GAnya sukses terlaksana. Ada 16 pemenang, dan yang berhak mendapatkan bouquet dari Rossa Florist ini adalah Mba Ririn. Sayangnya, Mba Ririn tinggal di Depok. Sedangkan kesepakatan sebelumnya, bouquet ini hanya bisa diantarkan seputar Kota Bandung saja. Karena harus pake kurir sendiri. Gak bisa pake jasa pengiriman.

Akhirya, mba Ririn memberikan kepada sahabatnya sekaligus teman kuliahnya dulu yang tinggal di Bandung. Walhasil, setelah saya mendapatkan alamatnya dari Mba Ririn di sore hari, keesokan harinya, bouquet bunga nan cantik itupun tiba dengan selamat di alamat tujuan.

toko bunga di bandung

Inilah penampakkan bunganya ketika usai dirangkai di Rossa Florist Jalan Wastukencana 34 B 4 Bandung 40116.

Jadi, pesan bunga bisa sesimple ini ya?
Saya, bikin GA, domisili Inggris, pemenang dari Depok, hadiahnya ada di Bandung, hibah hadiah diberikan ke alamat Bandung 😀
*hidupjamansekarang,apa-apamakinmudah 😀

English Tea VS Teh Indonesia

Bukan karena sok nasionalis ataupun gak mau mengadaptasi cara setempat dalam meminum teh, tapi lebih karena.. apa ya… karena suka aja gitu.

Sampai saat ini saya suka minum teh Indonesia. Bukan teh celup atau tea bag, tapi teh tubruk. Iya, yang teh nya kasar. Yang Kalau diseduh potongan daunnya mengembang, aromanya wangi menyeruak, lalu tehnya mengambang.

Bagi saya, rasa dan aroma teh tubruk itu lebih kuat. Ehm… wanginya ituloh. Apalagi yang aroma melati. Ehmmm lagi deh.
Kebiasaan ini menurun pada suami dan si bungsu.

Setidaknya kebiasaan mewah ini (bagi saya) akan tetap berlangsung hingga bungkus teh terakhir yang kami miliki. Mungkin 2-3 bulan ke depan. Karena teh-teh itu kami dapatkan dari Indonesia ketika mudik tahun kemarin. Berharap teh serupa bisa saya miliki kembali.

Jikapun nanti semua stok teh itu bakal habis juga, terpaksalah saya minum teh Inggris jua (teh seduh buatan Inggris). Tapi tanpa gula, tanpa susu. Ya, ciri khasnya teh Inggris itu dicampur susu. Lagi pula sayang banget rasanya minum teh yang anti oksidan itu harus dimatikan khasiatnya oleh susu.

Beda lagi dengan anak saya yang sulung. Ia juga pecinta teh. Tapi teh Inggris. Plus gula dan susu. Pagi, siang, sore, malam.

Di luar hujan, dingin. Sekarang waktunya tea time.


teh inggris

Kanan teh Indonesia kiri teh Inggris, cemilannya kastengel.
*Cerita Ibu dan Anak