Keliling London £11

Judulnya mendadak London.

Sebetulnya jauh-jauh hari kami udah menjadwalkan ke London tanggal 6-7 April. Seperti biasa, berazaskan sambil menyelam minum air. Sekali kayuh 3 urusan terlampaui. Perpanjang passport, ngangon bocah liburan, emak nyari bahan. 😀

Ternyata, Yang Kuasa berkehendak lain. Tetiba suami musti dinas ke seberang sana, ASAP. ASAP pulalah perpanjangan passportnya. Setelah timbang-timbang badan diakhir pekan, pas senin langsung ditembak si bos. Buruan perpanjang passportnya! Doi pun langsung telpon rumah, “besok jadi ke London!”

Wah, kan hari kerja? Pegimane nih?
“De, mamih-papih mau ke London ya besok?” tanyaku pada si bungsu.
Kirain bakal keberatan. Taunya enjoy aja dia mah. Sok aja, katanya. Ntar mau ngajakin temennya maen di rumah. Yaudah..

Kami pergi pagi banget. Kurang dari jam enam. Dengan target nyampe kedutaan jam 10. Untuk yang kesekian kalinya, kami jiper n ribeut klo bawa mobil masuk ke tengah kota London. Udah macet, bingung jalannya, parkirnya sulit minta ampun. Jadi, seperti biasanya, kami memarkirkan mobil di zona tube terluar.

Kami memarkirkan mobil di stasiun kereta Canons Park. Bayar parkir seharian (sampe jam 3 subuh) seharga £5. Sebelum naik kereta bawah tanah, kami cek kartu Oyster (penjelasan lebih lanjut). Saldo 5,60. Baiklah, kami top up £5 saja. Mengingat, tujuannya mau jalan-jalan di Zona 1 aja (central London).

Dari sini, kereta bablas terus, turun di Bond Street. Jalan kaki sekitar 7 menit, nyampe kedutaan jam 10 lewat dikit. Sebelumnya mlipir ke tukang foto langganan, kehalangin satu blok di belakang kedutaan RI. Saya udah bilang sama si Yayang, terakhir difoto di sana di komplen petugas pembuat passport, katanya kualitasnya jelek apa.. apa.. gitu..

Eh, bener aja, udah ngantri lama-lama, udah ngisi formulir yang juga makan waktu, pas ngasiin foto, ditolak. Alasannya, latar belakang merahnya terlalu menyala, antara ukuran wajah dan latar belakang kurang proporsional. Trus petugasnya ngasih tau tempat ambil foto lainnya yang mayan jauh juga klo jalan kaki mah.

“Yaudah, sana gih!” kubilang, hehe.. si Yayang pun jalan kaki ke sana. Sementara itu saya ngobrol-ngobrol sama seorang domestik worker yang bernasip naas. Konon sembilan bulan gak digaji sama majikannya yang orang Quwait. Emas, uangnya dan pasportnya dirampas. Mana sering dihardik pula.

Cukup lama si Yayang difotonya. Abis itu ngantri lagi. Btw, ngurus yang gituan aja makan waktu 1,5 jam. Petugasnya cuman seorang diri sih. Jam 12 kurang 20 menit. perut keroncongan. Ketika mau ke kantin KBRI (soal kantin KBRI bisa liat di buku saya “Jelajah Inggris”) eh ternyata, blom buka. Jam 12 teng, katanya dua ibu yang standby di resepsionis kedutaan, tanpa kami tengok dulu ke TKP. Baiklah…

Tadinya sih mau langsung meluncur maksi di Edgware Road. Kawasan muslim London gitu.. Di sini banyak makanan halal. Kalo Birmingham punya Coventry Road, nah klo London.. ya kawasan ini.

Tapiii…. daripada berlama-lama, akhirnya kami duduk di taman depan kedutaan RI. Buka bekal makan siang. Sttt.. plis jangan dibully kenoraan kami. Tau nga bekal makan siangnya apa? leupeut/lontong oncom plus rempeyeknya 😀

Biar kata makannya leupeut oncom tapi pemandangannya Inggris, hahaha.. plus, itu burung-burung ngerubunin kami. Heran deh, di bangku-bangku sana orang-orang makan sandwich n crips gak dirubungin. Kali itu burung” dara udah pada bosan makan roti, jadi begitu kulempar leupeut riuhlah mereka berebut.

Well, abis ngisi perut. Kami memutuskan ke North Greenwich menuju The O2. Itu loh, buat yang suka nonton East Enders, pasti tau hehe.. Ketauan deh, si emak suka nonton drama BBC one ini. Nyampe di sana, foto-foto sambi ngupi-ngupi. Mayan banyak juga cafe n restonya.

Abis dari sini, selanjutnya ke Greenwich observatory, naik bus nomor 188.

greenwich park london

Cukup lama di kawasan ini, selanjutnya kembali menggunakan bus nomor 188. Eh, kebablasan, harusnya turun di Canada Water. Jadi aja turunnya di Bermondsey. Trus ganti pake tube (kereta bawah tanah atau biasa disebut underground).

Pas mau tap oyster, si kartu ajaib, pintunya ga mau ngebuka. Mlipirlah kami ke mesin di dekatnya. Liat saldo, ternyata saldonya minim. Baiklah, kami top up £10. Perjalanan blablas terus, turun di Baker Street. Ganti tube menuju Edgware Road. Kami makan di kawasan ini.

Sesudah puas blanja-blanji kembali menaiki tube menuju kawasan Queensway untuk blanja-blanji oleh-oleh suvenir. Waktu menunjukkan nyaris jam 7. Pulang deh ah! kasian si bungsu.

Dari sini kembali menaiki tube menuju Canon Park. Sebelum meninggalkan stasiun saya cek kartu Oyster saya. Saldo, £9.60. Jadi, 2 kali naik bus, 6 kali naik tube (zona 1-5), abis £11.

Seterusnya, ambil mobil n meluncur pulang. Nyampe rumah jam setengah sebelas malem. Hufffttt… cape sih.. tapi asik juga 😉

Apa itu Oyster sauce Card?

Oyster card adalah kartu ajaib segala akses kendaraan umum di London. Jika naik bus, tinggal tap (sentuhkan kartunya di mesin otomatis dekat pa supir). Klo naik kereta tap saat membuka pintu masuk area underground dan tap lagi ketika keluar underground.

Tentang Oyster Card ini, saya jelaskan pula di Buku Jelajah Inggris. Terbitan Elexmedia. Tersedia di Gramedia. Harga Rp. 39.800,- Buat yang di luar negeri, Anda bisa membelinya lewat Amazon. Atau beli versi digital/E-book di Scoop.

 

28 thoughts on “Keliling London £11

    1. Mba Rita masih mending punya khayalan, sedangkan saya tidak pernah terpikirkan sama sekali bakal bisa ke sini. Tidak pernah membayangkan saja bisa teralami/terjadi. Apalagi yang punya khayalan 😉

      Semoga suatu saat kita bisa ketemuan di sini, ya? 😉

  1. Belum ketemu nih bukunya…padahal aku sdh cari di toko buku terkenal di kotaku.. Apa mungkin sdh habis ya? Apa aku yg ketinggalan informasi ya? Inggeris bagiku begitu eksotik terutama kisah2 tentang kerajaannya yang penuh daya tarik utk diketahui…nice post…

    1. mba Rita, pesen langsung ke elexmedia bisa juga. liat aja web.nya.
      atau beli versi e-book, app nya di instal dulu di tablet. namanya scoop.

  2. Betul, mba Sari, makanya pemerintah Inggris menyupayakan hal ini supaya warganya merasa nyaman berkendara umum, termasuk memudahkan wisatawan juga. Mudah”an kedepannya Indonesia bisa kayak gini juga. Aamiin.

  3. Berkhaya;, seandainya moda transportasi publik di sini udah tertib dan saling terintegrasi, kayaknya bakalan enak kemana-mana. Sekarang, suka males jalan-jalan, karena ngebayangin udah pabalieut di jalanannya hihihi

Leave a Reply to rita asmaraningsih Cancel reply