Liburan lebaran kemaren, kami road trip ke Skotlandia, selama 5 hari 4 malam. Dengan rute: Glasgow, Loch Lomond, Fort William, Fort August, Loch Ness, Inverness, Dundee, St Andrews dan seterusnya..dan seterusnya.. Nah, di St Andrews ini, ada cerita lain dibalik keindahan kotanya.
Siapa yang tak kenal calon pewaris tahta Inggris? Ya, Pangeran William. Ternyata ia bertemu jodohnya, Kate Middleton, di kota ini. Tepatnya di St Andrews university yang dibangun pada tahun 1413.
Selain St Andrews university, St Andrews memiliki bangunan tua lainnya yang menyimpan sejarah panjang. Seperti St Andrews Catle, St Andrews Cathedra, lapangan golf tertua di dunia dan masih banyak lagi.
Tulisan perjalanan ini telah dimuat di Tabloid Prioritas edisi 40, hari ini. Karena blom ada yang aplodin poto tabloidnya, saya aplodin poto saya aja ya.. moga” enak dipandang mata 🙂
Saya terlalu yakin jika lebaran taun ini bakal jatuh hari Sabtu. Dan kami tak sabar ingin melewati hari itu. Pasalnya begitu lepas solat Id, kami akan melakukan road trip menuju Scotland yang rencananya akan dilakukan selama 5 hari.
Rencananya, kami akan melakukan solat Id di Birmingham. Mengapa Birmingham? Selain ingin mengunjungi mesjid terbesar di kota itu, Birmingham terletak di bagian utara kota kami. Itu artinya, melewati Birmingham merupakan rangkaian perjalanan kami ke arah utara pulau England ini.
Ternyata, lebaran jatuh hari minggu. Sedangkan 4 penginapan, di beberapa kota yang akan kami lalui telah dibooking. Termasuk tiket masuk Alton Towers theme park. Karena tak mungkin membatalkan semuanya. Maka, road trip pun dilakukan di hari pertama puasa. Di hari itupun kami berlapar-lapar bermain di Alton Tower hingga sore hari lalu terus naik ke utara.
Di Kota Preston, kami menginap. Tentunya jauh meningalkan jauh kota Birmingham dong. Pada malam takbiran, itu kami bingung. Besok solat Id dimana?
Akhirnya saya hubungi seorang teman yang tinggal di kota Stoke in trent, walaupun agak jauh dari penginapan kami, setidaknya mungkin ia tau dimana tempat solat Id terdekat. Sayangnya ia tak tau. Tapi, darinya saya diberi nomor telefon seorang sister yang tinggal di kota Preston.
Begitu dihubungi, ternyata rumahnya tak jauh dari penginapan kami. Di Preston memang ada beberapa tempat sholat Id, tapi sayangnya, tidak tersedia untuk jamaah perempuan. Kemudian ia memberikan post code sebuah tempat Id yang biasa ia kunjungi dari tahun ke tahun. Tepatnya di kota Manchester.
Sebetulnya Manchester cukup jauh. 50 menit perjalanan. Kearah Selatan pula. Itu artinya kami harus berputar balik. Tapi, apa mau dikata?
GPS menuntun kami ke sebuah pintu gerbang bangunan gotik. Saya heran, mesjidnya mana? Secara, bangunan itu bernama British Muslim Heritage Centre. Ternyata BMHC tersebut ya bangunan gotik itu.
Dengan terkagum, saya masuk ke salah satu ruangannya. Telah berjajar ratusan sister disana. Mereka terdiri dari berbagai negara asal. Berbagai warna kulit. Berbagai bahasa dan berbagai gaya pakaiannya. Dari jenis pakaiannya, saya bisa memastikan dari negara mana mereka berasal. Bahasa yang terdengar pun tak hanya bahasa inggris, tapi juga bahasa urdu dan entah bahasa apa lagi yang samar-samar terdengar.
Saya mengambil sebuah shaff dan langsung mengenakan mukena. Sedang yang lainnya tidak. Kerena mereka orang Bangladesh, Pakistan dan muslim Timur Tengah lainnya terbiasa sholat dengan menggunakan pakaian yang ia kenakan.
Sesaat sebelum sholat dimulai, sister Pakistan yang berada di samping kiri saya tiba-tiba pergi entah kemana. Walaupun saya tau di sebelah kiri saya ada sedikit jarak, saya biarkan saja, berharap orang lain mengisinya.
Setelah beberapa saat saya melirik ke sebelah kiri. Ternyata, diantara jarak itu terlihat seorang ibu dan anak gadisnya bermukena. Mukena? pikir saya? Saya melirik pada bagian bawahnya. Sarung? Sarung Bugis? Anak gadisnya memakai mukena yang bahannya sama persis dengan yang saya kenakan. Jangan-jangan.. pikir saya. Setelah beradu pandang kami beradu senyum.
Karena tempat makin memadat dan sister di sebelah kanan saya menyuruh bergeser, entah kenapa, kata-kata saya meluncur begitu saja: “Ini kosong?” tanya saya. Eh? ini kan di Inggris pikir saya kemudian. Setelah sesaat bengong, ibu itupun menjawab, “kosong,” katanya.
Selanjutnya, kami saling melempar tanya, asal dari mana, asli mana, tinggal dimana, dan sebagainya.. dan sebagainya…
Ternyata, ibu itu sedang menengok anaknya yang sedang study S2 di Manchester University. Ia asli Bogor, obrolanpun berlanjut diselingi bahasa daerah kami, Sunda. Tak lupa, diakhir perjumpaan kami, kami sempatkan berfoto di depan bangunan bergaya Gothic tersebut.
Dunia memang sempit, saya dari Worcester, bertemu dengan seorang ibu asal Bogor di Kota Manchester.
Perjalanan kali ini telah dimuat di Koran Republika, Rubrik Wisata Religi.
Cerita lengkapnya bisa dibaca di Buku Jelajah Inggris, terbitan Elexmedia. Harga Rp.39.800. Tersedia di Gramedia, Amazon, Scoop dll.
Tiga tahun lebih kami tinggal di Malvern, untuk mengenang tempat yang sejuk, nyaman, penuh kenangan, serta menyimpan sejarah yang amat panjang. Malvern yang terkenal akan kota Spa sejak belasan abad silam ini telah kutuliskan dalam bentuk tulisan perjalanan di Tabloid Prioritas, edisi akhir Juli 2012.
Artikel lengkapnya bisa dibaca di Buku Jelajah Inggris, terbitan Elexmedia. Harga Rp. 39.000. Tersedia di Gramedia, SCOOP, Amazon dll