Tips Nulis Cernak, Bobo, Dramatisasi

Cernak Bobo

Cernak Bobo Edisi 28 Mei 2015

Alhamdulillah pagi ini, lewat FB saya mendapat kiriman foto yang bikin hati senang. Ya, beginilah. Setiap kali karya saya mejeng di Majalah Bobo, Majalah anak yang keren ini, saya baru bisa membacanya jika ada teman yang kirim penampakkan gambarnya.

Ya nasip.. ya nasip… mengapa begini.. baru pertama bercinta sudah menderita. Cukup sekali…  STOP! Lebay ah! Drama banget sih! Lagian itu lagu mana ada yang tau! Secara, pembaca Bobo kan bocah yang masih unyu-unyu. Iya lebay, didramatisasi ah! 😛

Eh, ngomongin soal dramatisasi, cocok banget dengan tema postingan yang ingin saya sampaikan kali ini. Apa itu dramatisasi? menurut buku karangan Tatang Subrata 😀  KBBI daring:
dramatisasi/dra·ma·ti·sa·si/ n 1 penyesuaian cerita untuk pertunjukan sandiwara; pendramaan; 2 hal membuat suatu peristiwa menjadi mengesankan atau mengharukan.

Ide, pesan moral, seting, tokoh, alur dramatisasi

Awal mula ketika akan membuat cernak tentulah harus ada ide awal. Cernak apa nih yang akan kita angkat? Ide itu bertebaran di mana-mana, seperti yang telah saya ulas di sini, contohnya. Nah, untuk kali ini, saya akan mengangkat tema cernak tentang cucu dan nenek.

Jujur, ide awal cernak ini saya dapat ketika anak saya liburan ke tanah air tahun lalu. Dengan modal ide itu, jadilah cernak ini. Tapi, tentunya, ide saja tidak cukup, pesan moral itu penting. Seperti yang telah saya ulas di sini.

Ide sudah ada, pesan moral sudah didapat. Kini waktunya bikin alur cerita, ditambah seting tempat dan tokoh/penokohan.

Cernak berjudul “Dapur Nenek” ini sejujurnya berawal dari curhatan anak saya. Waktu itu dia bilang, “Ma, kondisi dapur nenek, bla.. bla.. bla..
Dari situlah saya mulai membuat cernak ini.

Agar cernak terasa hidup saya harus mendramatisasi kondisi yang ada dengan cara:

  • Saya mengubah tokoh. Anak saya kan udah ABG. So tokoh ini dibuat jadi anak SD. Namanya Amel.
  • Seting tempat, ini udah pas bener. Rumah ibu saya di pinggiran Kota Bandung. Dekat SD, buka warung pula. Yang diubah, UK-Bandung, jadi Bali-Bandung.
  • Alur, dibikin sedramatis mungkin. Tapi tidak lebay dan masuk akal yang penting pesan moral sampai.

Sebagai bocoran, saya kasih sinopsisnya, ya. Selanjutnya pada pegi beli BOBO gih! hehehe..

Adalah Amel, anak SD, liburan ke rumah Nenek. Dapur nenek tidak terawat, karena nenek sibuk di warung miliknya. Amel ada ide merapikan semua itu. Tapi perlu biaya. Nah, di sinilah peran Si Amel menyelesaikan semua permasalahan tersebut.

Kita sedang membuat cernak, jadi usahakan si tokoh anak inilah yang lebih banyak mengambil peran dengan cara dirinya sendiri. Bukan neneknya, ataupun orang dewasa yang ada disekitarnya. Karena pembaca cilik akan lebih senang jika si tokoh anak ini yang berperan. Pengalaman saya dulu, ketika membaca cernak BOBO, sambil membaca, kadang saya memposisikan/membayangkan tokoh itu adalah saya sendiri. Kalo kamu gitu gak, sih 😉

Balik ke bahasan Cernak, bagaimana Si Amel berusaha memecahkan masalah? Si Amel berjualan brownis dengan tujuan, keuntungan dari jualannya itu bisa dipakai untuk mempercantik dapur nenek. Bagaimana ia bersusah payah membuat brownis, menjualnya dan sebagainya dan sebagainya. Di sini lah adegan dramatitasi berperan menghidupkan cerita.

Karena akan sangat gak seru sekali jika penyelesaian masalah dilakukan dengan cara cepat tanpa dramatisasi. Misal, Amel liburan ke rumah nenek. Dapur nenek perlu perbaikan. Amel menelfon Mama. Mama memberikan bantuan. Dapur nenek terlihat bagus lagi. Ya.. mana seruuuu 😀

Bagaimana alur dari pemecahan masalah, klimaks, anti klimaks dan ditutup dengan ending yang baik? Nah, disinilah perlu bumbu-bumbu yang bikin seru cerita. Dramatisasi salah satunya. Lalu ditambah bumbu-bumbu cerita. Lalu ditambah sedikit sentuhan/bantuan para orang dewasa yang ada di sekitarnya. Jangan lupa bikin ending yang bagus, menarik atau bahkan bikin haru.

Sayang, saya belum bisa kasih unjuk naskah mentahnya. Soalnya, kan, Bobonya masih edar. Baru edar hari ini loh, 28 Mei 2015. So, kalo mau baca cerita lengkapnya buruan ke lapak koran terdekat 😀

Gimana, udah terbayang kan, cara mendramatisasi sebuah cernak dari kisah keseharian kita?

26 thoughts on “Tips Nulis Cernak, Bobo, Dramatisasi

  1. Saya suka berkunjung ke blog Rosimeilani.com ini, soalnya saya bisa mendapatkan pengetahuan tentang menulis cerita anak yang baik dan mengesankan. Semoga bisa mengikuti jejak mbak.

  2. nulis cerita anak tuh.. susah susah gampang mak… susahnya karena harus pake kalimat pendek… huhuhu… aku dah terbiasa nulis pake kalimat panjang nan lebay…

    1. Iya betul kaka.. harus belajar pake kalimat efektiv. Kalimat tunggal, jangan kalimat bersusun. Satu kalimat jangan sampai terdiri dari berbelas kata. Kalau dirasa kepanjangan dan takut artinya tidak dipahami pembaca cilik, Pecahkan kalimatnya jadi dua/tiga tunggal yg simple.

  3. Astaga mbak Oci, aku kebiasaan kalo ke Gramed baca-baca cernak di majalah Bobo. Dan aku baca cerpen mbak Oci ini 😀 cuma pas baca nggak ngeh kalo mbak Oci yang nulis (biasanya sih aku cek siapa yang nulis karena sebagian kenal dan yaa ternyata yang ini mbak oci yang nulis) 😀

    1. Hehehe.. lain kali, klo nemu penulisnya Rosi Meilani, itu aku, yg imut ini 😛
      Ntar lain kali klo nemu cernakku, kirim” fotonya ya.. soalnya semua foto penampakkan cernakku di media apapun itu, hasil hibah dan hasil minta ke teman-teman di tanah air 🙁

      Ya nasip.. ya nasipppp..

  4. aku suka mbak rosi, dari dulu suka baca cernak, sama anak aku juga suka men’dongeng’ cerita versi ku sendiri, cuma buat menuliskannya itu yang .. huhuhu.. akyu belum mampu, tapi barusan baca tips dari mbak kok rasanya aku jadi bisa ya.. thx ya mbaaa..

    1. Ayo, kamu pasti bisa! haha.. kayak iklan apa… gitu…
      Pasti bisalah, mbak. Apalagi udah punya modal suka baca. Modal terbesar menulis itu ialah membaca.

  5. Mak Rosi, saya selama ini termasuk yang beranggapan nulis cernak itu sulit luar biasa, soalnya harus menempatkan diri kita sebagai anak itu yang saya sering lupa 🙂
    Tapi saya pengin juga bisa nulis cernak.
    Terima kasih share-nya ^^

    1. Sama-sama, semoga artikel sederhana ini bisa bermanfaat.
      Menulis itu gampang, kok.
      Ayo ingat-ingat lagi masa bahagia anda ketika kecil, lalu dramatisasilah dengan kondisi sekarang 😉

  6. Dramatisasi, nah ini, bisa curhat dramatisasi hati yang ada dikepala lewat cerita dan berkarya sekalian curhat hati yang tak kesampeyan….. eaaaaa, malah curcol.

komentar Anda