Museum Sherlock Holmes, London

Image

Yang suka nonton film dan baca novel ditektif, pasti tau Sherlock Holmes dong?

Nah, pas kemaren perpanjangan pasport di London, saya langsung sowan ke rumahnya om Sherlock di jalan Baker Street 221b London.

Dan Tulisan perjalanan kali ini telah dimuat di Koran Pikiran Rakyat Rubrik Backpaker. Yang penasaran, baca selengkapnya di Buku Jelajah Inggris, terbitan Elexmedia. Harga: Rp. 39.800. Tersedia di Gramedia, SCOOP, Amazon dll

KIBAR, Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya.

Image

 

KIBAR singkatan dari Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya. Diantara kegiatan rutin KIBAR, satu diantaranya adalah KIBAR Gathering yang dilakukan setahun dua kali. Bertepatan dengan hari jadinya yang ke-20 KIBAR Gathering kali ini digelar di tempat yang sama saat pertama kali KIBAR digelar yaitu di Islamic Foundation Markfield Conference Centre Ratby Lane, Markfield, Leicestershire pada Sabtu dan Minggu tanggal 27-28 Oktober 2012. Berita selengkapnya bisa dibaca di sini: http://makassar.tribunnews.com/epaper/tribuntimur-halaman2

Tulisan ini telah dimuat di Koran Tribun Timur tanggal 2 November 2012.

Scanner Genggam, Permudah Transaksi

feature di Tabloid Independen
Artikel di Tabloid independen.co

 

Sepulang belanja dari sebuah supermarket, tulisan inipun tercipta. Tentang sebuah alat bernama scanner genggam. Dimana kita sebagai pembeli merangkap petugas dan kasir. Jadi, pilih-ambil sendiri, scan sendiri, masukin troly/kantong belanjaan sendiri, terakhir, bayar di mesin sendiri.

Selengkapnya bisa dibaca di sini:http://www.independen.co/news/gaya-hidup/gadget/item/782-scanner-genggam-permudah-transaksi

Fenomena IRT Menulis

Koran Suara Merdeka, Rubrik Perempuan
Rubrik Perempuan, Suara Merdeka

 

Jujur, di rumah maya sebelumnya, Multiply, jemari saya menjadi jalan interaksi sesama bloger yang kebanyakan wanita dan banyak diantara mereka adalah Ibu Rumah Tangga. Para bloger saling sapa dan saling berbagi cerita di dunia maya. Dengan begitu, tak terasa kegiatan tulis-menulis menjadi sebuah kebiasaaan. Dengan menulis, apa yang ada dalam otak dan benak tersalurkan.

Waktu berselang, FB hadir, banyak pelatihan dan lomba menulis digelar. Mereka yang memeriahkannya kebanyakan wanita, yang kebanyakan IRT. Waktu berselang, hampir semua media cetak dan online di tanah air memberikan ruang bagi penulis lepas dalam konteks citizen journalism. Tak ayal, kesempatan itu dijajal oleh mereka yang biasa menulis, salah satunya adalah para ibu rumah tangga. Fenomena IRT Menulis pun tercipta.

Tulisan Opini ini telah dimuat di Harian Suara Merdeka, tanggal 17 Oktober 2012, hal.7

*****
Berikut ini saya kopas, tulisan mentahnya:

Fenomena IRT Menulis

Rosi Meilani – IRT, Penulis

 Saat internet hadir membelalakkan informasi, banyak orang mengambil manfaat positif akan hal ini. Satu diantaranya membuat orang gemar bloging.

Tak hanya bapak-bapak dan anak muda, ibu-ibu pun seolah tak ingin ketinggalan ambil bagian. Bloger di Indonesia terdiri dari berbagai profesi. Dokter, insinyur, mahasiswa, guru, dosen, pekerja kantoran, seniman, wanita karir bahkan ibu rumah tangga sekalipun. Terlebih, IRT lebih banyak waktu mantengin layar komputer.

Semenjak blog mulai meretas dan memasuki ruang ibu-ibu rumah tangga, PC maupun laptop bukan lagi menjadi barang lux. Mungkin fungsi dan keutamaannya setara dengan mesin cuci dan kompor gas.

Berbicara blog, otomatis berbicara internet. Pada dua nama tersebut kadang problematika rumah tangga terpecahkan. Urusan anak, kesehatan, pendidikan, keuangan, kerohanian, dan masih banyak lagi. Mencari penyebab sakit dan obat si anak, mencari resep masakan, konsultasi pasutri dan informasi segala rupa. Pendek kata, berkat internet ibu-ibu rumah tangga menemukan banyak ilmu.

Dalam media itupun, terbentuklah media sosialitas, pertemanan maya, yang terus berkembang hingga bagi sebagian IRT ngeblog merupakan gaya hidup. Dengan ngeblog otomatis ibu tak lepas dari membaca dan menulis. Apapun bacaannya, apapun tulisannya. Baik berkonten berat maupun yang remeh temeh. Sebagaimana sifat lahiriah wanita. Kadang mereka hanya perlu wadah, tempat menumpah keluh-kesah. Sukur-sukur ada pemecahan. Tidak pun tak mengapa. Yang penting, lega.

Selain ibu yang gemar curhat umum. Ada pula sebagian ibu yang sudah memiliki akar seni menulis namun terbonsai oleh waktu dan keadaan. Maka dalam media blog, akar itu mulai merambat, kembali tumbuh secara tak terasa. Pada media ini mereka bisa melepaskan apa yang ada dalam hati, rasa dan isi kepala. Tanpa disadari, sedikit demi sedikit kualitas tulisan pun berkembang.

Maka tak heran saat aneka lomba kepenulisan yang kian marak di dunia maya banyak dimenangkan ibu rumah tangga. Baik itu lomba menulis puisi, Flash Fiction, cerpen bahkan essay sekalipun. Pendek kata, blog merupakan media yang tepat dalam pengembangan minat dan bakat.

Facebook dan Citizen Journalism.

Semenjak karya Mark Zuckerberg menyentuh semua lapisan masyarakat Indonesia, ibu-ibu yang gemar menulis makin tersalurkan. Pasalnya, pada media jejaring sosial tersebut banyak bermunculan grup-grup menulis yang gratis namun syarat ilmu. Tak pelak, geliat tulis-menulispun makin merebak.

Hanya bermodal sebuah gadget, bisa HP, Smart Phone, PC, laptop, tablet, apapun itu, asalkan bisa membaca postingan, ilmu cuma-cuma itupun dengan mudahnya tertransfer.

Ngeblog sudah biasa, kegiatan menulis makin menjadi, ilmu terus bertambah, ajang lomba menulis makin marak, tulisan makin terasah, kepercayaandiripun makin meningkat. Beruntungnya lagi, banyak media massa memberi lahan untuk citizen journalism, atau jurnalisme warga. Tentu saja hal ini makin menjadi angin segar bagi para bloger yang sudah terbiasa menulis. Meski tema dan gaya tulisannya berbeda. Namun tak terlalu sulit menyesuaikan diri.

Seperti yang kita ketahui tema blog segala rupa, gaya tulisan sangat bebas, EYD apa lagi, ancur dan alay pun tak masalah. Sedikit memilah tema yang sedang in, naik daun, hangat dibicarakan, merapikan gaya tulisan dan menertibkan EYD, tulisan pun layak lempar ke citizen journalism.

Sesuai artian Citizen Jurnalism yang dibahasa Indonesiakan berarti jurnalisme warga, sedangkan warga artinya seluruh lapisan masyarakat,  siapapun ia. Bisa insinyur, tukang sayur, tukang bubur, penghibur, selama ia bisa menulis, mengapa tidak? Mulai dari pengusaha hingga asisten rumah tangga yang bekerja di Luar Negeri (BMI). Mulai dari pujangga, sampai ibu rumah tangga. Dengan catatan, tentu saja tulisannya harus memenuhi kriteria.

Karena citizen journalism ini ruangnya banyak. Diantarnya: Rubrik guru, Rubrik mahasiswa, Rubrik perempuan berbicara, opini dan lain-lain. Maka, dengan banyak ruang, banyak pula tema yang bisa diangkat. Tentunya makin banyak kesempatan bagi para ibu untuk mengembangkan kemampuan menulisnya baik berdasarkan kepahamannya terhadap suatu bidang, maupun bidang lainnya yang belum dipahami sepenuhnya.

Namun demikian, yang belum paham suatu hal, bukan berarti tidak bisa dipelajari. Bukanlah internet telah membelalakkan ilmu di depan mata. Melalui internet, apapun bisa dibaca dan dikaji. Banyak baca, banyak tahu. Banyak baca, banyak ilmu.

Kini, menulis di media khususnya citizen journalism merupakan gaya hidup terkini di kalangan ibu-ibu rumah tangga.