Category Archives: Tulisan Perjalanan

Ajaib, Pohon Pisang dan Pohon Pepaya Bisa Tumbuh di Eropa

Sama seperti negara Eropa lainnya, Inggris memiliki empat musim. Spring, summer, autumn dan winter. Alias musim semi, musim panas, musim gugur dan dan musim dingin. Yang mana tanaman dan pepohonan mulai tumbuh di musim semi, bermekaran dan berbuah di musim panas mengering di akhir musim gugur kemudian mati di musim dingin.

Mengingat cuaca di negara empat musim yang dingin, maka banyak sekali tumbuhan/ tanaman/ sayuran/ buah-buahan tropis tidak bisa tumbuh di negeri ini. Misalnya saja pohon pisang dan pohon pepaya. Mengingat pohon ini hanya bisa tumbuh di negara hangat seperti halnya Indonesia.

Bertahun lamanya saya punya pohon gak pernah merasakan buahnya. Karena di November pohon pisang sudah mati. Baru tumbuh lagi di bulan April. Pucuk-pucuk baru itu baru membesar hingga top di akhir spring. Setelah itu mati kembali. Begitulah siklusnya. Maka jangan berharap nanem pisang di Inggris bisa berbuah.

Kalau gak percaya lihat video ini, saat saya panen daun pisangnya saja di rumah seorang tante asal Singapur yang tinggal di Gloucester Inggris: PANEN DAUN PISANG DI INGGRIS

Maka, adalah sebuah keajaiban jika di Inggris bisa melihat pohon pisang tumbuh subur dan berbuah lebat. KOK BISA?

Jadi, ketika beberapa waktu lalu kami, saya dan suami liburan ke Wales, berkunjung dan menginap ke rumah teman. Namanya Pa James yang orang asli Wales dan Mba Siska yang orang Balikpapan (Videonya kamu bisa lihat disini), pulangnya saya ke Botanical Garden yang ada di Wales. Atas saran teman saya, Mba Neta, yang mana kami pernah roadtrip bareng ke Isle of Wight, Pulau Balinya Inggris.

Anyway, di Botanical Garden inilah saya melihat pohon pisang tumbuh subur  dan buahnya lebat. Bahkan banyak juga pohon pepaya disini. Pertanyaan tadi, kok bisa?

Nah, tanaman-tanaman istiwewa ini bisa tumbuh karena dimanja tumbuh di ruangan khusus. Ruangan kaca yang selalu terjaga kehangatannya. Yang selalu dikontrol seperti layaknya hangat negara tropis. Ehmm.. pantesan… sampe segitunya ya?

Padahal costnya buat listrik jauh lebih mahal dari setandan buah pisang yang diharapkan tumbuh disana. Demi apa coba? Tentunya demi edukasi kepada orang Inggris yang gak pernah lihat pohon pisang. Orang Inggris yang gak pernah tau bagaimana tandan pisang itu. Gak tau berapa lama pohon pisang pisang ini hingga bisa dinikmati buahnya. Karena selama ini mereka hanya tinggal memakannya.

Dan buat saya yang orang Indonesia ini betapa bahagianya bisa melihat pohon pisang yang lebat berbuah ini. Dan ini adalah pertama kalinya saya melihat buah pisang setandan full di sebuah ruangan hangat di sebuah Botanical Gardern di Wales.

Dan tau gak? di luar bangunan ini cuaca dingin banget. Masuk kesini serasa di Jakarta. Teknologi!

Video lengkapnya disini AJAIB POHON PISANG DAN POHON PEPAYA TUMBUH SUBUR DI INGGRIS

Buat kamu yang mau lihat seperti apa kehidupan kami orang Indonesia di Inggris, kamu bisa sukreb YOUTUBE ROSI MEILANI dan jangan lupa tekan loncengnya biar kamu bisa dapat informasi dan video-video terbaru dari sana. Beragam cerita: kisah sukses para diaspora indonesia di inggris, jalan di london, kuliner di london, kisah inspirasi, kerja di inggris, kuliah di inggris dsb

Ada Toko Bali di Inggris

Gak banyak orang tau bahwa Inggris punya sebuah pulau kecil yang bentuknya mirip Bali. Iya, pulau Balinya Indonesia. Nah, Pulau Bali versi Inggris ini namanya Pulau Isle of Wight, terletak di Inggris Selatan.

Jadi tuh ya, pulau Inggris yang selama ini ngejeblag kamu liat di peta dunia itu gede kan ya? nah disebelah bawahnya ada pulau kecil. Di google map kalau gak di zoom gak kelihatan.

Selain bentuknya seperti Pulau Bali, karakter pulaunya pun seperti Pulau Bali. Beberapa persamaannya ialah:

  • Sama-sama sebagai pulau wisata
  • Sama-sama punya banyak pantai
  • Sama-sama pantainya cantik
  • Sama-sama menjadi buruan para wisatawan
  • Sama-sama akan penuh padat jika musim liburan tiba, seperti halnya musim panas
  • Sama-sama bisa nyeberang dari main land ke sini, kayak nyebrang pake ferry ke Bali

Seperti apa keseruan nyebrang pulau dari mainland ke Isle of Wight kamu bisa lihat disini, itu kapal-kapal pesiar bolak balik depan mata: SERUNYA NAIK FERRY KE PULAU BALINYA INGGRIS

Dan yang paling surprise, disini ada Toko Bali, alias Toko yang menjual produk-produk Bali. Nama tokonya OASIS. Segala pernak-pernik Bali lengkap disini. Mulai dari piring rotan,  kain bali, hingga furniture ukuran besar. Eh, yang menariknya, disini dijual kaos I Love Bali juga. Yang menarik lainnya

Pemiliknya bernama Pak Alan, orang Inggris asli. Orangnya ramah. Ketika kami kesini disambut hangat. Karena kebetulan Pak Alan ini temannya Pa Wayan. Orang Indonesia yang sudah puluhan tahun tinggal di Isle of Wight. Kalian bisa ikutin obrol-obrol saya bersama pa Wayan disini: ORANG INDONESIA KERJA DI INGGRIS, BIDANG PESAWAT TERBANG

Banyak kejutan-kejutan menarik lainnya ketika kami ke Toko Bali yang ada di Inggris ini. Salah satunya adalah interiornya. Di salah satu bagiannya ada dinding bambu alias “gedeg”

Cerita dibalik gedeg itu cukup menarik. Selengkapnya klik aja video dibawah ini, tapi bentar, Buat kamu yang mau lihat seperti apa kehidupan kami orang Indonesia di Inggris, kamu bisa sukreb YOUTUBE ROSI MEILANI dan jangan lupa tekan loncengnya biar kamu bisa dapat informasi dan video-video terbaru dari sana. Beragam cerita: kisah sukses para diaspora indonesia di inggris, jalan di london, kuliner di london, kisah inspirasi, kerja di inggris, kuliah di inggris dsb

 

Mari Berwisata ke Patokan Waktu Dunia, Greenwich London

Bismillahirrahmanirrahim.

Greenwich, London

Assalamualakum semua..
Duh, udah lama banget ngak mosting euy. Kangen sih pengen nulis oleh-oleh hasil kelayapan sana-sini atau seengaknya mosting remeh temeh, tapi karena (sok) sibuk ngerjain ini itu plus klayapan sana-sini jadinya, gitu deh….

Baiklah, kali ini saya pengen otrat-otret hasil kelayapan 2 minggu lalu ke London.

Ini kali kesekian kami ke London. Iya lah, secara, kayaknya ini kota ke-2 setelah Bristol yang sering kami kunjungi. Tiap kali bilang kami, artinya saya dan suami. Secara, #duocj_aderos 😀

Kelayapan kali ini plus si bungsu, dalam rangka perpanjangan pasport si ganteng yang habis September ini. Makanya gak heran klo jalan bertiga. Ya lah, klo bukan karena alasan itu, manalah mungkin dia mau ikut 😀

Seperti biasa, perjalanan dari Worcester – London 2 jam lebih. Parkir mobil di Ealing Broadway, zona 3 jalur tube. Begitu mau bayar parkir. Yalloh, lupa. Ini hari kerja, artinya parkir jam-jaman. Biasa kami klayapan London weekend, artinya, parkiran cuman £1 doang, seharian penuh. Ya sutralah, itungannya, parkiran seharian penuh £10 (180k IDR). Jam-jaman £1. Kita masup jam hampir jam 10 lebih. Yasud, beli parkir sampe jam 6 sore. Kenafa? karena dari jam 6 sore ke atas free, nyampe besok pagi lagi. Bayarlah £8. Dari parkiran ke stasiun cuman selemparan batu.

Sesudah top up oyster card, capcus naik kereta menuju Kedutaan RI.
Stop bentar, buat kamu yang belum tau apa itu Oyster Card,

Pengen Praktis Jalan-Jalan di London, Pake ini aja!

Atau, bisa juga baca artikel yang saya tulis 3 taon laloe berikut ini:

Keliling London Pake Oyster Card

Singkat cerita, sampailah di Kantor Kedutaan RI yang baru.
Yang baru? iya. Baru aja pindahan beberapa waktu yang lalu. Jadi, ini kali pertama kami menginjakan kaki ke kantor KBRI yang baru, setelah sebelumnya sering bolak-balik kantor kedutaan yang lama. Yang mana kantor yang dulu jauh lebih cakepp…. hehehe.

Nah, di sini ada yang baru. Dimana layanan perpanjangan pasport dan lain sebagainya dilakukan secara online yang terintegrasi kedalam data basenya arsip Kedutaan RI di London. Jadi ngak usah ngisi formulir di TKP, trus ntar diupdate petugas di sana. Jadi kita bisa isi  formnya di rumah. Begitu juga yang pernah disampaikan Pa Gulfan saat saya obrol” sama beliau pada perayaan HUT RI ke-72 di rumah Pa Dubes tempo hari.

Setelah ini itu ini itu ini itu dan ada keribetan teknis yang bikin BT, singkat cerita, bereslah. Seperti biasa, pasport baru ntar dikirim ke rumah. Lalu? kemana kita? *mirip si Dora*
Ehmm… ntar, ngopi dulu dong ya..
Secara, lelah gitu bok.

Sejurus itu, saya kontak Pa Dimas, Humas KBRI yang selama ini ketemuan klo ada event aja. Tak lama, nongol deh di teras kantor. Di sebelahnya kan ada tukang kopi tuh. Kopi, obrol-obrol sambil moyan aka bejemurlah disana. Mumpung ada matahari, hangat…

Beres ngupi plus obrol-obrol, kemana lagi kita?
*Dora lagi* 😛
Capcus makan siang…

Tadinya, optionnya mau makan di blok sebelah kantor KBRI. Tapi bok.. itu warung” tenda sepanjang jalan kenangan itu penuh. No wonder, da emang waktunya orang kantoran makan siang. Padahal warung” itu tebarkan aroma sedap yang bikin netes air liur dan cacing perut ngamuk.

Baiklah, option kedua. Merapat ke warung rumpi. Apa, dimana, seperti apa warung rumpi tersebut? Ntar saya mau bikin vlognya perjalanan ini tapi blom sempet aja. So, kamu bisa intip warung makan di London ini. Barangkali aja pas kamu traveling ke London pengen nyari makanan Indonesia. Mau intip seperti apa penampakan warungnya? Ini dia!

Cari Makanan Indonesia di London? Kesini aja!

Pas nyempe warung, cipika-cipiki sama Mba Wati, ownernya yang baik hati. Makan sambil ngobrol kesana-kemari. Perut kenyang, sampe-sampe kengantukan, apalagi cuara panas. Kenyang + mager + hawa panas + lelah = ngantuk 😀

Tapi, mau ngak mau musti cabut… udah tanya ke Mba Wati, destinasi seputaran apa yang bisa diliput sekitar situ. Option A, B, C, D. Yasud, pamit…
Tak lupa aku dioleh-olehi barang berharga, hasil beliau mudik kemarin. Jengkol muda! 😀
Heuheuy..

Option yang dibincangkan tadi mentah semua. Jadinya spontan langsung merapat ke Greenwich. Perjalanannya mayan jauh sih dari sini. Pake bus sekitar sejam. Abisnya banyak brenti n macet kan. Tak apalah, woles aja, lagi pengen naek beus sih soalnya, sambil keliling London, nyantei ini.
Oiya, kita melewati Big Ben yang lagi gak cantik. Karena 1/3 body menaranya ditutupin plus “pakuranteng” scaffolding. Tak lain karena Big Ben lagi cuti beberapa taun kedepan. Dalam rangka perbaikan.

Otrey, sampailah kami ke “Patokan Waktu Dunia” Greenwich (dibaca: Greenich)
Sebenarnya itu bukan kali pertama kami ke Greenwich, tapi beberapa kali ke sini waktunya kurang pas. Alias lagi spring atau Autumn gitu deh. Sehingga ngak napsu untuk rekam-rekam 😀
Barulah kali ini semangat untuk dibikin Vlognya. Karena cuaca lagi kece, lagi mood pula nampang-nampang depan kamera.
Dan, voila… inilah dia Vlognya (udah tayang di NET10 kemarin) 😉

Takut bacanya kepanjangan n bikin kamu bosen, saya cukupkan sekian dulu ya jalan-jalan kita kali ini. InsyaAllah nanti saya posting hasil kelayapan lainny di London. Dimana saya berkesempatan nonton Pertunjukan Setan Jawa-nya Mas Garin Nugroho yang keren banget.

Bye.. sampe jumpa di postingan berikutnya.
(Klo gak lupa n gak males mosting itu juga) 😀

Wassalam…

Info Seputar Locker di Bandara

Di postingan lalu, saya ceritakan tentang kepulangan saya ke Inggris yang penuh drama di link berikut ini:

Rekor, Perjalanan Indonesia-Inggris 2,5 hari.

Di postingan tersebut, saya harus habiskan waktu 7 jam di bandara sebelum terbang ke Inggris memeluk orang-orang terkasih yang selama sebulan itu saya tinggalkan.

7 jam? di bandara? kebayangkan kan kesel bin BTnya minta ampun.

Waktu itu, saya berpikir, hmm.. baiknya saya ke kost’an sepupu saja aja dulu. Mayan kan bisa rebahan, tiduran, makan-makan atau jalan-jalan mungkin. Atau, janjian ketemuan sama teman.

Dalam memikirkan hal itu, saya berpikir, ngak mungkin kan saya membawa koper sebanyak dan seberat ini. 2 koper besar (bagasi), satu koper kecil (kabin) dan sebuah ransel. Klo ransel mah enteng, saya gak bisa travel tanpa nemplokin benda yang satu ini di punggung saya.

Baiklah, hal pertama yang harus saya lakukan adalah, mencari informasi. Setahu saya, kalau di bandara luar negeri ada locker tempat penitipan koper. Harusnya di Bandara Soeta juga ada dong ya? Iya dong.

Saya hampiri meja informasi. Oh, ternyata ada di lantai bawah. Bergegaslah saya menuju lift yang harus melewati pintu bandara. Adempun berganti panas. Waktu itu, waktunya musim umroh, maksudnya, Desember-Januari itu memang peminat umroh cukup membludak sehingga saya harus menunggu antrian lift. Dimana dari dua lift hanya satu yang beroperasi. Yang mana masing-masing orang membawa troley pula seperti halnya saya.

Tiba di bawah, saya clingukan. Saya pikir konter atau tempat locker penitipan koper itu gede. Taunya kecil banget 😀
Letaknya dekat terminal kedatangan Internasional (terminal 2)

Saya pun masuk dan coba bertanya berapa tarifnya, mudah-mudahan gak mahal dan mudah-mudahan bisa itungannya per jam.

Ternyata, ngitungnya per hari alias per 24 jam. Walaupun sebenernya saya cuma mau nitipin sekitar 5-6 jam doang. Tapi ya gimana ya.. ya sutralah..

Petugas: Ditimbang dulu yang bu!
Saya       : saya?
Petugas: kopernya bu! 😀
Oh… 😀

Saya pikir, itungannya total berat barang bawaan. Taunya ditimbang per-koper.
Bentar, saya cari bukti slipnya tapi kok ya ilang.
Seingat saya, total saya bayar 115k apa 135k gitu. Dengan rincian, 1 koper L, 2 koper M.
Karena itungan berat koper berdasarkan ukuran S, M, L, EL (kayak ukuran baju ya?) 😀

Small             =    0 – 10kg
Medium        = 11 – 20kg
Large             = 21 – 30kg
Extra Large = 31 – 50kg

Nah, soal harga per-kriteria itu yang saya lupa, klo liat websitenya urutannya 25k, 35k, 45k, 55k (2011).
Duh, sayang slipnya gak tau nyelip dimana, biasanya saya tertib loh dalam pengarsipan. Mungkin karena waktu itu saya BT kali ye.. Ntar klo slipnya ketemu n ada ketidakcocokan tarif, nanti saya koreksi.

Kalau ada pembaca yang mengalami hal serupa dengan saya (nitip di locker Bandara Soeta) boleh dikoment ya kaka…

Tempat penitipan barang di bandara

Anyway, ketiga koper itupun saya titipkan, plus bonus, jaket Eiger, si jaket kojo itupun saya titipkan pula. Setelah slipnya saya masukin ke ransel Eiger yang juga ransel kojo melengganglah saya dengan bebas dan ringan.

Ransel keren

Setelah itu, hal pertama yang saya lakukan adalah makan dulu. Di salah satu resto cepat saji yang ada di Bandara Soeta. Sambil kontak-kontakan dengan sepupu saya yang kerja di Jakarta. Jauh dari bandara sih, sekitar 40 menit perjalanan. Tapi tak mengapa, tadinya mau sekedar ngaso bentar di rumahnya dia. Etaunya beliau lagi dinas ke luar kota.

KFC Bandara

Hmm.. yasud. Dengan dititipkannya koper tersebut saya jadi bebas ke toilet. Tadinya sempet berpikir ini troley isi 3 koper klo sy ke toilet pengimane urusannya? trus klo mau sholat pegimane pula urusannya?

Dengan dititipkannya ketiga koper itu kan saya jadi khusuk sholat di mushola bandara sambil leyeh-leyeh santai di dalam bandara.

Ruang tunggu bandara
Ngaso dulu ah.. untung sepatu dan celana panjangnya nyaman dipake jarah jauh.

Singkat cerita, selang beberapa jam kemudian, saya pikir, sudah waktunya saya check in.

Saya ambilah ketiga koper itu di tempat penitipan barang aka Left Baggage Service atau istilah lainnya locker.

lalu, chek in lah saya.

Dan taukah pemirsah? drama ketinggalan passport berPermanent Resident yang tertinggal di Bandung itu? Kalau belum tau tragedinya, silakan baca dulu artikel berikut ini 😀

Seperti kesimpulan drama di malam itu, akhirnya saya memutuskan menginap di rumah emak. Dan tau dong, betapa rempongnya bawa-bawa 3 koper ini. Akhirnya, saya kembali ke tempat Penitipan Barang aka Left Baggage bin Locker.

Maksud saya, penitipan barang di sana itu kan berlaku 24 jam. Nah, tadi kan saya cuma nitipin sekitar 5 jam doang. Saya pikir, boleh dong nerusin yang tadi 😀

Ealah.. tapi tak begitu kawan. Katanya, karena saya sudah menandatangi pengambilan barang. Kalau mau nitip lagi harus bikin slip baru lagi dan bla.. bla.. bla…

Baiklah, ketiga koper itupun kubawa keluar bandara, padahal besok bakal kesini lagi pulak.

Bener ya, pengalaman itu gak selalu harus manis, sesekali miliki pengalaman ngenes seperti ini tuh bikin hidup makin hidup. Bikin kita mangkin banyak tau segala hal.

Satu hal lainnya, saya jadi bisa berbagi informasi kepada Anda. Semisal kamu transit di Bandara Soeta terus mau travel kemana dulu gitu tanpa rempong bawa koper gede, titipin aja di sini.