Wisata belanja London tak melulu wisata belanja kelas atas seperti Harrods dan sebagainya. Satu wisata belanja yang patut anda jajal saat melancong ke London adalah pasar tradisionalnya, karena di sini kita bisa melihat sisi lain kota London.
Salah satu pasar tradisional yang masuk dalam daftar destinasi kunjungan wisata london ialah Brick Lane Market yang buka setiap hari Minggu.
Pasar ini telah ada sejak abad ke-17 yang awalnya menjual sayur dan buah hasil petani lokal. Namun seiring waktu, sekarang bisa kita jumpai segala macam produk di sini. Tak hanya sayur dan buah, barang antik, pernak-pernik, pakaian, tas, sepatu, suvenir dan lainnya lengkap tersedia.
Meski beragam barang dijual di sini namun lebih dari setengahnya merupakan penjual kuliner. Uniknya, sebagai kota multi etnik dan beragam bangsa, di sepanjang Jalan Brick Lane ini akan kita temukan segala rupa kuliner dari berbagai negara di dunia. Asia, Afrika, Amerika, Eropa.
Kuliner Malaysia, Singapura, Korea, Cina, Burma, Thailand, Vietnam, India, Pakistan, Bangladesh, Jepang, Maroko, Turki, Brasil, Spanyol, Athena, Italia, Jerman, Polandia, Caribia, bahkan kuliner Ethiopia pun ada dan masih banyak lagi kuliner negara lainnya.
Mulai dari makanan kecil hingga makanan berat. Mulai dari yang asin hingga yang manis. Rata-rata harga makanan yang ditawarkan di sini per-porsinya £5 pounsterling atau sekitar Rp. 90.000. Sedangkan untuk minuman, yang termurah £1 atau sekitar Rp. 18.000 untuk segelas jus stroberi.
Adapun lapak jualan mereka menggunakan tenda non permanen. Ada pula yang menggunakan mobil seperti yang saya temui. Yaitu penjual kopi yang menggunakan black cab alias taksi hitam, ciri khas taksi London, sebagai boot jualanannya.
Di pasar ini terdapat dua toko beigel yang sangat laku dan legendaris. Telah ada sejak tahun 1855 dan 1974.
Melirik ke belakang, kawasan ini cukup menarik untuk diketahui. Brick lane diambil dari kata brick yang artinya bata karena pada abad ke-15 di kawasan ini terdapat pabrik bata.
Di abad ke-19 kawasan ini didatangi para migran dari Irlandia dan migran Yahudi. Di abad ke-20 masuklah para migran Banglades bersamaan dengan perlahan keluarnya kaum Yahudi di kawasan ini.
Hingga sekarang kawasan ini didominasi migran Banglades. Tak heran jika penamaan jalan di kawasan ini selain menggunakan Bahasa Inggris juga menggunakan Bahasa Urdu. Tak heran pula jika di sini terdapat mesjid yang cukup besar bernama Brick Lane Jamme Masjid. Nuansa keragaman pun terasa ketika melewati mesjid ini manakala bel gereja sebelah berdentang kencang.
Diantara hiruk pikuk wisatawan yang tengah hilir mudik musisi jalanan menambah marak suasana pasar ini. Jika Anda memasukkan Brick Lane Market sebagai salah satu destinasi tujuan anda melancong ke London, catat waktunya, ya! karena Brick Lane Market hanya buka di hari minggu saja, mulai pukul 10 pagi hingga 5 sore. Sedangkan di hari lain kawasan ini tidak begitu ramai karena hanya toko-toko permanen saja yang buka.
****
Waktu kian merapat siang, saya pun segera meninggalkan Brick Lane Market untuk menghadiri perayaan HUT RI di Wisma Nusantara yang tak lain adalah kediamannya Pak Dubes kita. Mau tahu keseruan acara 17’an kami? Mari merapat kemari..
Sejak abad ke 17 dan masih bertahan sampai sekarang. Kalau saja ada rekaman filmnya dan diputar diputar cepat pasti akan banyak sekali yang bisa kita lihat ya Mbak 🙂
sepertinya begitu 😉