Jika Anda jalan-jalan ke Inggris, Anda akan menemukan Charity Shop atau Toko Charity sejejeran dengan toko-toko lainnya. Dinamakan toko charity, karena keuntungan dari penjualan barang-barang tersebut sepenuhnya diperuntukkan bagi kegiatan amal. Bahkan, karyawannya itu sendiri tidak dibayar alias pekerja sukarela. Kecuali level manager saja yang menerima upah. Tentulah sepadan, karena ia yang bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan toko yang bergerak di bidang kemanusiaan ini.
Lalu, dari manakah sumber barang-barang yang dijual di toko charity ini berasal? Tidak lain adalah dari sumbangan warga. Jadi memang 95% barang-barang yang dijual di toko ini second hand. Tapi jangan salah, meski demikian, kualitas barang-barang tersebut masih bagus. Karena banyak para donatur ini menghibahkan barangnya dikarenakan bebenah rumah dan mengeluarkan sebagian barang yang sudah tidak diinginkannya, lalu diberikan ke toko charity.
Sedangkan 5%nya lagi merupakan sumbangan dari toko/perusahaan yang gulung tikar. Maka jangan heran jika sekiranya ketika Anda melancong ke Inggris dan menemukan barang-barang 100% baru, bisa jadi barang-barang tersebut hasil hibah dari toko/perusaahaan yang gulung tikar.
Barang apa saja yang dijual di toko charity ini?
Banyak banget ragamnya. Mulai dari pakaian bayi sampai pakaian oma opa. Mulai dari pakaian musim panas yang irit bahan, sampai pakaian musim dingin yang super tebal. Mulai dari barang-barang kecil semisal: buku, mainan, hiasan/pajangan rumah, aksesoris, tas, sepatu, sampai barang-barang ukuran besar seperti satu set meja makan, lemari pakaian, spring bed, kulkas dua pintu, TV dan lain sebagainya.
Sekilas, tidak nampak perbedaan antara toko charity dan toko lainnya. Sama-sama menata barangnya serapi dan semenarik mungkin. Etalase-etalase tokonya terlihat kiclong. Penataan apik menekin, tas, sepatu dan aksesoris lainnya mampu menarik kaki untuk memasuki tokonya.
Mengenai harga, tentu saja barang-barang tersebut dibandrol dengan harga super murah.
Soal kemanusiaan, Inggris memang memiliki rasa berbagi dan kepedulian yang tinggi. Maka tak heran ratusan yayasan kemanusiaan tumbuh subur di negeri ini. Banyak dari yayasan-yayasan tersebut mencari sumber pendapatannya dari toko charity. Strategi yang bagus, kan?
Banyak yang diuntungkan dalam hal ini. Para donatur tidak sulit menyingkirkan barang-barang yang sudah tidak diinginkannya. Toko charity bersenang hati menampungnya. Pembeli senang mendapatkan barang bagus dengan harga murah. Dan yang paling merasakan manfaatnya ialah orang-orang di luar sana yang menerima bantuan/sumbangan dari yayasan-yayasan yang menaungi toko-toko charity tersebut.
Entah itu digunakan untuk mensuport para penderita penyakit tertentu, seperti yang terkena cancer, penyakit jantung, dimensia dan lain sebagainya. Hingga sumbangan ke luar negeri. Seperti ke negara-negara Afrika yang mengalami krisis air, gizi buruk, serta negara-negara yang terkena bencana dan lain sebagainya.
Jadi, charity shop ini adalah sebuah konsep belanja sambil beramal. Semoga di negara kita juga bisa diterapkan, ya? Atau mungkin sudah?
Selain toko charity, ada satu lagi tempat jualan barang yang super murah, di sini.
Waaaahhhh asik nih berburu belanjaan di sini. Bisa kalap 🙂
Aku kagum dengan konsepnya mbak.
moga” bisa dipraktekkan jg di indonesia.
Subhanallah, ada juga ya mbak toko “sumbangan” gini, barangnya juga bagus bagus. Semua dapat kebaikkanya, pekerja sukarela, pemberi barang dan terutama penerima Amal. Salut dah dah negeri yang satu ini. Harus dicontoh.
yoi, semoga d indonesia yg pioner yg memulainya.
I love charity shops…kalo di dekat rumah saya ada goodwill, salvation army…tempat yang murmer untuk belanja perabot dapur , mainan anak , kadang dapat baju yg lucu pula.
setuju! sesama emak” penyuka charity shop, tos dulu donggg… 😀
High five! tos!
pernah kerja di carity shop, udah ada skets komiknya tapi nggak selesai2, bagus buat cari pengalaman kerja.
Ayo komiknya dirampungnya, Mas Roel, trus cetak n publish (Y)